Sedekah dusun atau sedekah desa
yang ada di daerah Dusun Gintungan, desa Gogik, kecamatan Ungaran Barat,
kabupaten Semarang. sudah terlaksana sejak zaman-zaman dahulu kala. Acara adat
istiadat tersebut atau ritual tersebut dilaksanakan setahun sekali seperti
desa-desa yang lain yang berada di daerah wilayah dusun Gintungan ataupun
desa-desa yang berada di kecamatan Ungaran Barat. Yang bertujuan untuk wujud
rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas panen baik dari hasil bumi atau
apapun juga itu bentuknya. Khususnya dusun Gintungan acara sedekah dusun atau
sedekah desa biasanya diawali dengan bersih-bersih sumber air yang berada di
daerah dusun Gintungan. Dan mengadakan arak-arakan yang diawali di perempatan
dusun Gintungan sampai di sumber air dusun Gintungan yaitu yang bernama sumber
air “Sokoponco” atau biasanya masyarakat dusun Gintungan menyebutnya
“Blumbang”. Lha adanya arak-arakan itu untuk memeriahkan acara tersebut. Dan
yang diarak-arak itu adalah replika hasil bumi ataupun tempat wisata yang berada
di dusun Gintungan tersebut, yang replika-replika tersebut itu kekreatifitasan
dari masing-masing Rt. Mulai dari Rt 01 – Rt 07. Semua mengikuti tanpa
terkecuali. Arak-arakan dimulai jam 08.30 pagi, tetapi sebelumnya dibuka oleh
Bapak Kepala Desa terlebuh dahulu. Baru acara arak-arakan dimulai. Dari barisan
paling depan adalah para perangkat dusun ataupun desa, lalu pengiring musik
rebana. Baru warga-warga dari Rt 01 – Rt 07. Semua berbondong-bondong menuju
“Blumbang” tersebut.
Sesampainya di Blumbang, replika-replika
yang dibuat dari warga masing-masing Rt itu diletakkan di sekitar “Blumbang”
tersebut. Masyarakat juga berada di daerah “Blumbang” tersebut. Baru acara
dimulai. Diawali dengan pembukaan yaitu sambutan-sambutan dari Kepala Desa,
Kepala Dusun, dan Bapak Camat. Setelah itu ada acara doa bersama yang dipimpin
oleh tokoh desa. Doa itu bertujuan untuk wujud rasa syukur karena masih bisa
melaksanakan tradisi ini, selalu diberi kenikmatan dan rejeki yang lancar dari
hasil-hasil bumi yang didapat, dan doa untuk penjaga “Blumbang” yang berwujud
makhluk astral agar tidak mengganggu masyarakat sekitar daerah dusun Gintungan
baik yang melewati daerah Blumbang tersebut. Setelah doa bersama dilakukan ada
acara menuangkan ikan yang berada di dalam gentong besar (tempat untuk mandi),
yang ikan itu berisi ijenis ikan apapun, berisi berpuluh-puluh kilo. Yang ikan
tersebut dibeli oleh para perangkat desa maupun dusun. Lalu setelah ikan
dituang para masyarakat pada berebutan untuk mengambilnya. Tetapi adanya ikan yang
dituangkan itu bukan bertujuan untuk masyarakat bisa mendapatkan ikan tersebut,
tetapi untuk bersenang-senang dengan ikut berada di dalam “Blumbang” tersebut.
Acara tersebut berakhir waktu mau
dzuhur. Lha setelah dzuhur ada acara pagelaran wayang di rumah kepala dusun,
yang biasa disebut “Kadesa”. Pagelaran tersebut dimulai dan diakhiri setelah
ashar, lalu mulai lagi habis isya’ sampai pagi. Sedangkan dalang dan sindennya
yang siang dengan malam itu berbeda.
Tradisi itu sudah ada sejak tahun
2000-an, lalu ritual tersebut dikembangkan oleh masyarakt dusun Gintungan itu
dijadikan obyek wisata untuk memancing. Ide tersebut mendapat dukungan oleh
seluruh warga dusun Gintungan. Hasilnya dari suatu acara sedekah dusun “mbedah
Blumbang” tersebut berjalan dengan lancar.
1 komentar:
izin copas mb data
Posting Komentar